“Saat Ayahnya Tiada”
Rabu,
19 Desember 2012
Hp
fha berdering sejak pukul 03.30an, namun fha tak menyadarinya, karena hpnya di
silent dan berada jauh dari tubuh fha. Akhirnya pukul 04.30an saat fha
terbangun, hp yang berdering itu bisa fha lihat. Ternyata yang menelpon adalah
kak.Dijah. Ada apa gerangan ia menelpon jam segini(gumaman fha dalam hati saat
itu), fha langsung terima telpon itu, kak. Dijah memberi kabar bahwa ayah Anti
meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Setelah
menerima telpon dari kak. Dijah, fha langsung sent all ke teman-teman mengenai
kabar duka ini, dalam hati fha berpikir bagaimana caranya supaya kami bisa ke
Takalar sementara kuliah kami hari itu padat, fha sempat sms lhia akan hal ini.
Fha
telpon keti wawan, meminta izin untuk menghubungi ibu, rosmini agar masuk pada
hari kamis, diskusinya di panel saja. Saat fha telpon bu. Ros, hpnya tak aktif,
fha langsung berinisiatif menelpon Ummi, meminta ia ke rumah bu. Ros untuk
melakukan negosiasi supaya kami dapat berangkat ke Takalar. Akhirnya Ummi
memberi kabar, bahwa bu. Ros juga sedang ada di rumah sakit menunggui adiknya
dan kemungkinan tidak masuk, kami pun merencanakan secepatnya berangkat ke
Takalar.
Setelah
kami kumpul di kampus dan uang untuk santunan terkumpul, kami pun berangkat
menuju Takalar dengan di pandu kak.Sule yang tahu lokasi rumah duka.
Sesampainya
di rumah duka, kami langsung bergegas melihat jenazah almarhum sembari
mendo’akannya.Haru memenuhi rumah duka.
Rabu,
19 Desember 2012 sekitar pukul 03.00an ayahnya menghembuskan nafas
terakhirnya.Betapa pilu hatinya, kehilangan pasti.Seorang ayah yang
meninggalkan anak bungsu dan satu-satunya perempuan, sulit pasti baginya untuk
melepas kepergian yang disayanginya. Namun itulah yang terbaik dan ketetapan
dari Sang Pencipta, seperti dalam firmannya: “setiap yang bernyawa akan merasakan mati”. Ya, tak terkecuali kita
semua. Anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, semuanya akan kembali kesisi
Sang Pencipta, kita semua sedang mengantri menghadapNya, hanya saja kita tak
tau kapan waktu itu tiba.
Pada
setiap kejadian ada pelajaran bagi kita. Kematian merupakan teguran dan
pengingat bagi kita, sejauhmana persiapan kita jika giliran kitalah selanjutnya
yang akan menghadapi maut?sudahkah kita menjadi anak yang berbakti pada orang
tua kita, sudahkah kita membahagiakan mereka, syukurkah kita terhadap orang tua
kita???
Kematian
ayah Anti mengingatkan fha, mungkin juga kepada kita semua terhadap ayah-ayah
kita di rumah. Fha juga teringat lirik lagu nasyid dari Nahawan yang berjudul
AYAH.
Ayah..
Engkau
mendidikku
Untuk menjadi,
anak yang shaleh
Ayah…
Engkau mendidik
ibuku
Untuk menjadi,
khadijah yang baru
Tetes keringat
membasahi wajahmu
Kucuran air
hujan membasahi pipimu
Terik mentari
menyengat pada dirimu
Semua itu tuk
hidupi keluargamu
Dialah yang
amanah Ilahi
Dia jua yang
membina keluarga
Karna ia menjadi
pemimpin(Nahawan)
Betapa
besar pengorbanan ayah terhadap kita, bahkan ia tak menghiraukan panas, dingin,
hujan dan terik mentari yang ia rasa, ia hanya memikirkan bagaimana membuat
kita nyaman dengan apa yang ia upayakan, bagaimana kita merasa tentram, ia
berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi kita. Sementara kita hanya menikmati
hasil instan saja.Pernahkah kita merenungkan betapa besarnya pengorbanan ayah
kita untuk menghidupi kita, membiayai kuliah kita. Apakah dengan pengorbanan
ayah itu, sudahkah kita belajar dan kuliah dengan baik?sudahkah kita
memanfatkan waktu yang ada untuk senantiasa beraktifitas yang akan
membahagiakan orang tua kita?apakah kita selalu mendo’akan mereka sebagaimana
mereka tak henti-hentinya mendo’akan kita?syukurkah kita terhadap orang tua
kita?
Mari
kita sama-sama beristighfar jika sekiranya lisan kita mungkin pernah melukai
sanubari orang tua kita.Mari sama-sama beristighfar jika mungkin ada tingkah
laku kita yang tak berkenan di hati orang tua kita.Mari sama-sama beristighfar
jika mungkin prasangka kita menyinggung perasaan orang tua kita. Dan mari kita
sama-sama bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt. Serta
mari sama-sama kita mendo’akan orang tua kita.
Mari
kita sama-sama ingat bahwa “ridha Allah
ada pada ridha orang tua dan murka Allah ada pada murka orang tua”. Maka
mari kita sama-sama berusaha mencari keridhaan itu. Birrul walidain, pasti
bisa!!!
Al
Ghazali bertanya pada muridnya “apakah
yang paling dekat dengan kita?”
Para
murid ada yang menjawab “orang tua”, “sahabat”, “istri”,dan lain-lain
Al
Ghazali membenarkan jawaban muridnya, tapi ia kemudian berkata”yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN”
Setiap yang bernyawa akan merasakan
mati, itu jelas dalam firman Allah QS Ali Imran ayat 185
“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.”
(QS Ali Imran:185)
Entah
kapan dan dimana, saat rasa muncul. Ia memang tak mengenal ruang dan waktu,
bahkan ia bias menyejukan tapi kadang menggersangkan, mengharukan tapi kadang
menyedihkan, menguatkan tapi kadang melemahkan, tenang tapi kadang
menggoyahkan, manis tapi kadang pahit. Ya, orang selalu bilang ia berjuta
rasanya.
debur debu.. panas.. setelah itu tak ada
hal lain .. dilangit
gerimis.. tapi aku merasa gerah sejauh
jangkau padang…
muara menyempit
delta mengerut
hutan lindap
daratan kelabu
lalu laut, seluas langit datar,tetap, tak
terhingga dan birunya mendebarkan
namun terkadang aku menggigil kedinginan
saat mentari terik melintang
seperti itulah saat aku merindukannya..
EmoticonEmoticon