TUGAS TEKNIK PELIPUTAN DAN PENULISAN BERITA

03.14 0

JALAN RUSAK, MENGHAMBAT LALU LINTAS
 
MAKASSAR_(Selasa, 17/12/13) Kondisi jalur jalan menuju kampus 2 UIN Alauddin Makassar dan jalur masuk hertasning di Samata mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama di perempatan belokan menuju Sungguminasa dan jalur masuk hertasning.
Sejumlah pengguna jalan mengatakan, akibat kerusakan jalur jalan yang cukup parah dan memprihatinkan itu, mereka merasa was-was melewati jalan itu, keamanan mereka terganggu.
“Jalan yang rusak menghambat lalu lintas, pengendara motor seringkali merasa takut untuk melewati jalan yang rusak. Apalagi musim hujan seperti saat ini, lubang di jalanan rusak itu tidak terlihat jelas, sehingga pengendara motor harus memilah-milah jalan yang akan dilewatinya.” Ungkap Ansyar (Polisi Lalu Lintas) yang bertugas di pos perempatan Samata.
Menurut salah satu Polisi Lalu Lintas yang bertugas di jalan itu, kerusakan jalan adalah tugas Dinas PU (Pekerja Umum). Polisi lalu lintas hanya mengatur arus lalu lintas yang ada di jalan. Namun dengan kerusakan jalan yang sangat parah, lalu lintas akan terhambat dan rawan terjadinya kecelakaan. Oleh karenanya, diharapkan pemerintah memperhatikan kondisi jalan itu dan segera menanganinya agar lalu lintas tidak terhambat dan keamanan pengguna jalan lebih terjamin.(Wafa Nursiham/KPI B)

makalah komunikasi antar pribadi

03.01 0

Tugas             : Makalah Kelompok
Mata Kuliah   : Komunikasi Antar Pribadi
Dosen             : Drs. Muh. Nurlatief, M.Pd

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENSOSIALISASIKAN BUDAYA SIRI’ NA PACCE DI KALANGAN REMAJA



 
 








Oleh Kelompok VII

Wafa Nursiham
Wawan Saputra
Ilham Maulana
Ikbal



JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang dengan Rahman dan RahimNya kepada kita sebagai makhlukNya. Masih member kesempatan kepada akal untuk berpikir, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, tangan untuk menulis dan kaki untuk melangkah hingga makalah yang kami susun ini dapat selesai sesuai batas waktu yang ditentukan.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri’ na Pacce di Kalangan Remaja” adalah salah satu tugas pada mata kuliah  Komunikasi AntarPribadi yang merupakan salah satu penilaian dalam proses perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis meminta kepada semua pihak untuk mengkritik dan memberi saran terhadap makalah yang kami susun ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah yang disusun ini dapat bermanfaat dan diridhai oleh Allah swt.
Wassalamu’alaikum wr.. wb…

Gowa, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I      PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.     Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah.............................................................................. 2
BAB        PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.       Pengertian Strategi Komunikasi ........................................................ 3
B.       Pengertian Siri na Pacce..................................................................... 4
C.       Budaya Siri na Pacce di Masyarakat Bugis-Makassar....................... 5
D.       Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja     10
BAB III   PENUTUP................................................................................................. 13
A.       Kesimpulan......................................................................................... 13
DAFTRA PUSTAKA............................................................................................... 14



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
“Jangan pandang enteng orang Sulawesi Selatan” Kalimat ini sering menciut ke permukaan. Nadanya memang terkesan gagah. Meski dicuatkan dengan gaya ‘main-main’, namun pada hakikatnya mengandung kebenaran. Cuatan itu sebagai refleksi pemaknaan empat pandangan hidup yang terus dipelihara oleh etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Pandangan hidup ini bernama siri na pace. Kedua kata itu menjadi sebuah ‘azimat’ kebanggaan masyarakat daerah ini. Pemaknaan itu dapat dibuktikan dengan tingkah laku masyarakat Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja dalam menjalani hidup kersehariaannya.[1]
Merek aboleh memilih profesi atau pekerjaan apa saja, tapi nilai-nilai pandangan hidup it uterus menjadi pedoman dalam langkah-langkah mereka. Sri na pacce terlanjur masuk ke sum-sum masyarakat daerah ini. Begitu bernilainya, lebih bernilai dibandingkan kekayaan materi berapa pun jumlahnya. Sehingga mereka menjaganya dengan baik lantaran sudah identik dengan harga diri, atau mungkin itulah harga diri sesungguhnya.[2]
Budaya siri dalam penerapannya sering di salah artikan bahkan diselewengkan kepada hal-hal yang negative. Sering dalam wujudnya di masyarakat cenderung berkonotasi balas dendam, bunuh diri, menggunakan badik atau menginginkan diri celaka. Hal ini sudah bukan lagi siri yang sebenarnya. (Mattulada, 1994). Maka tidaklah mengherankan kalau orang yang tidak memahami hakekat siri, maka cenderung melihatnya sebagai suatu hal yang negative.[3]
Sementara itu, ada juga anggapan bahwa nilai-nilai yang tercecer, terlupakan dan kurang dimanfaatkan dalam kemajuan pembangunan dewasa ini. Diduga keras bahwa nilai-nilai yang tercecer itu sifatnya fundamental dan potensial dalam sistem sisial budaya, berasal dari nilai-nilai siri. Kenyataan ini dianggap ada pergeseran nilai-nilai siri, sehingga tidak dapat diandalkan membangkitkan kegiatan dan memonitoring pembangunan peradaban baru. Dugaan ini mengantarkan pada kesimpulan bahwa perlu diadakan reinterpretasi makna siri untuk revitalisasi.[4]   
Berdasarkan fenomena di atas, maka kami merasa perlu mengangkat “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja” sebagai judul makalah dalam mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi sebagai salah satu penilaian dalam proses belajar mengajar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian strategi komunikasi?
2.      Apa pengertian siri na pacce?
3.      Bagaimana budaya siri na pacce pada masayarakat Bugis-Makassar?
4.      Bagaimana strategi komunikasi dalam mensosialisasikan budaya siri na pace dikalangan remaja?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Komunikasi
Ø  Strategi berasal dari kata bahasa Yunani “strategos” yang secara harfiah berarti seni umum. Kata strategos bermakna sebagai keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya. Strategi juga diartikan sebagai perspektif, posisi, rencana, dan pola. Sedangkan menurut istilah strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran. Strategi adalah konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran umum agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapai tujuan.
Ø  Komunikasi berasal dari bahasa inggris “communication” dan bahasa Latin “communication” yang berarti sama, sama disini adalah sama makna, sehingga tujuan komunikasi adalah untuk membuat persamaan makna.
Menurut Hovland (1953) komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku khalayak.[5]
Ø  Strategi komunikasi adalah strategi yang dapat menetapkan atau menempatkan posisi seseorang secara tepat dalam komunikasii dengan lawan komunikasinya sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkrit dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi.
Strategi komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur pelaksanaan proses komunikasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi, untuk mencapai suatu tujuan.[6]

B.     Pengertian Siri na Pacce
1.      Pengertian Siri
Basya dan Mustaring memberikan batasan siri dengan mengemukakan tiga pengertian, yaitu:[7]
1)      Siri itu sama dengan malu, isin (jawa), shame (inggris).
2)      Siri itu merupakan daya pendorong untuk melenyapkan, mengasingkan, mengusir, dan sebagainya  terhadap siapa saja yang menyinggung perasaan mereka. Hal ini merupakan kewajiban adat. Yaitu  hukuman menurut norma-norma adat jika tidak dilaksanakan.
3)      Siri sebagai daya pendorong yang bisa juga ditujukan kearah pembangkitan tenaga untuk membanting tulang, bekerja mati-matian, demi suatu pekerjaan atau usaha (basyah dan mustaring 1966, dalam mattulada, 1985:62).
Hamka (1977) mengemukakan  bahwa siri itu menimbulkan tawadhu dan perangai terpuji yaitu mahmudah “perbuatan mulia” yang terdiri atas :[8]
a)      Sabar, yaitu dapat mengendalikan diri ketika sedang marah.
b)      Iffah, artinya dapat menahan nafsu ketika hendak didorongkan.
c)      Syajaah, artinya berani karena benar dan yakin serta sanggup mempertahankan dimana saja.
d)     Adil, artinya pertengahan  (sitaba-taba).
Kesimpulan  menurut islam, sirik itu berkaitan erat  dengan orang yang beriman dan berakhlak tinggi (Hamka,1977).
Siri itu adalah suasana hati dalam masyarakat yang merupakan sistem nilai sikap, bertindak untuk memantapkan perasaan dan motivasi-motivasi dengan membentuk keteraturan tindakan.
Pada hakekatnya siri adalah merupakan falsafah hidup serta sikap mental yang menjiwai segala lakon kehidupan (Moein. MG, 1997). Hal ini dapat di lihat dari ungkapan puisi orang mandar “Siri Nala Modala” (malu di jadikan modal).[9]

2.      Pengertian Pacce
Secara harfiah pacce berarti pedih, perih, belas kasih, perikemanusiaan, rasa turut perhatian dan hasrat membantu.
Menurut A. Zainal Abidin, pacce berfungsi sebagai alat penggalang persatuan silidaritas, kebersamaan, kesetiaan, rasa kemanusiaan, dan motivasi untuk berusaha sekalipun dalam keadaan yang sangat pelik dan berbahaya.
Pacce adalah suasana masyarakat dalam hati individu yang dianggap oleh masyarakat sebagai rasa iba hati terhadap suasana masyarakatnya, sehingga cenderung untuk mengabdi atas cinta kasih sesama manusia.
C.    Budaya Siri na Pacce pada Masyarakat Bugis-Makassar[10]
Konsep budaya siri Bugis Makassar merupakan warisan budaya luhur yang terjelma dari hasil pemikiran cendikiawan leluhur masyarakat Bugis Makassar yang menjadi kekuatan dan motivasi moral didalam beraktivitas dan bertindak sehingga nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga walaupun perkembangan zaman semakin modern. Budaya Siri merupakan modal sosial masyarakat Bugis Makassar yang terpatri dalam peradaban dan karakter yang membentuk tatanan kehidupan yang berkepribadian.
            Konsep budaya siri’ mengintegrasikan secara organis semua unsur pokok dari pangaderreng yakni Ade’, bicara, rapang, wari dan sara’. Dari hasil peneitian menunjukan bahwa konsep budaya siri diinterpretasikan bermacam-macam sehingga dapat dilihat dari berbagaii aspek kehidupan masyarakat dan kebudayaan Bugis Makassar.
            Budaya siri dalam penerapannya sering di salah artikan bahkan diselewengkan kepada hal-hal yang negative. Sering dalam wujudnya di masyarakat cenderung berkonotasi balas dendam, bunuh diri, menggunakan badik atau menginginkan diri celaka. Hal ini sudah bukan lagi siri yang sebenarnya. (Mattulada, 1994). Maka tidaklah mengherankan kalau orang yang tidak memahami hakekat siri, maka cenderung melihatnya sebagai suatu hal yang negative.
            Pada prinsipnya siri adalah suatu rasa luhur yang hanya bisa tumbuh dan berkembang di kalangan orang yang mempunyai budi atau jiwa luhur pula. Siri merupakan suatu hal yang bersifat abstrak dan melembaga di dalam masyarakat serta mencakup aspek dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar, ini masih merupakan suatu yang melekat pada martabat kehadirannya sebagai panggilan yang mendalam dari pribadinya. Untuk mempertahankan nilai suatu yang dihormati, dihargai dan dimiliki mempunyai nilai esensial baik bagi dirinya maupun orang lain.
            Konsep budaya siri adalah suatu system nilai rasio cultural dan berkepribadian yang merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat sebagai manusia individu maupun anggota masyarakat. Siri merupakan jiwa kemanusiaan yang luhur untuk mendorong manusia berbuat baik atau buruk. Untuk itu, maka orang tua Bugis-Makassar mewariskan nilai-nilai hidup yang mempunyai peranan pembentukan pribadi-pribadi sebagai berikut :
1.      Jangan engkau  sampai di tinggalkan oleh kejujuran
2.      Jangan engkau  sampai di tinggalkan oleh kecerdasan
3.      Jangan engkau  sampai di tinggalkan oleh ketegasan
4.      Jangan engkau berbuat buruk (tamak dan loba)
Menurut leluhur Bugis Makassar bahwa dalam tubuh manusia ada 4 hal yang memberikan bentuk tingkah laku manusia, yaitu ide, gagasan, siri, dan perbuatan baik. Selanjutnya ada 4 hal yang dapat menghilangkan bentuk itu yaitu :
1.      Ide akan hilang apabila seseorang suka marah
2.      Gagasan akan hilang karena perbuatan sewenang-wenang
3.      Siri akan hilang apabila seseorang menjadi tamak
4.      Yang menjelek-jelekan sesama manusia meniadakan perbuatan yang baik (Moein. MG, 1997)
Siri merupakan salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat Sulawesi Selatan yang menurutnya bahwa hidup tanpa memiliki rasa malu (siri’) apalah artinya hidup. Sebagaimana syair yang berbunyi “siri emmi rionrowang ri ino, utettoriadae najagainnami siri’ta naiya sirie naranreng nyawa nakira-kira” (hanya untuk siri kita hidup di dunia, harus setia pada adat karena dijaganya siri jiwa imbalannya nyawa perkiraannya), (Abdullah, 1985).
Konsep budaya siri adalah reaksi terhadap sesuatu yang baik secara internal maupun eksternal. Reaksi yang bersifat internal atau dari pribadi itu sendiri melahirkan siri-masiri, ini akan mendorong orang untuk melakukan karya atau prestasi yang terbaik (the best). Ia merasa malu bila tak dapat meakukan sesuatu yang dapat diancungkan orang lain (dalam arti positif), Halide, 1988.
Menurut Bahruddin Lopa, bahwa ada beberapa konsep budaya siri yang perlu di kembangkan dan dipahami saat ini adalah :
1.      Siri (merasa malu) berpola hidup mewah, konsumtif dan cenderung berfoya-foya di tengah lingkungan masyarakat yang pada umumnya masih serba kekurangan
2.      Siri (merasa malu karena kuatnya ketergantungan seseorang pada orang lain sehingga ia kehilangan kemandirian, inisiatif, dan identitas)
3.      Bersikap konsisten untuk menjaga siri atau satu kata dan perbuatan (Lopa, 1988).
Aktualisasi konsep budaya siri sebagai modal sosial dalam membangun bangsa di era reformasi perlu diarahkan oleh kebijakan yang mendukung kondisi tersebut. Sebagaimana mudah di pahami bahwa kualitas manusia Indonesia amatlah di pengaruhi oleh suasana sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Dan juga menempatkan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar, utamanya siri itu pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan kondisi di mana konsep budaya siri itu di terapkan.
Siri sebagai suatu modal sosial masyarakat sangat terkait dengan pembangunan bangsa, dimana pembangunan pada prinsipnya adalah upaya sadar masyarakat untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namunperlu ada kesadaran bersama bahwa suatu kemustahilan pembangunan manusia dan pembangunan bangsa dapat dilakukan sesuai dengan misinya secara efektif tanpa  melibatkan dimensi cultural, dalam hal ini modal sosial. Maka diperlukan upaya bersama untuk merevitalisasi modal sosial yang memungkinkan lahirnya budaya manusia unggul Indonesia.
Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu bentuk pemanfaatan modal sosial yang paling banyak dibahas orang Indonesia dengan berbagai topic sepertikearifan local (suku bangsa atau komunitas adat) adalah fungsinya dalam berbagai masalah sosial dalam masyarakat, di antaranya patologi sosial, disorganisasi sosial, konflik dan perilaku menyimpang.
Pada era reformasi di mana Indonesia memperlihatkan begitu lemahnya modal sosial yang mengakibatkan semakin lemahnya budaya unggul di masyarakat dan sebaliknya. Akibatnya masyarakat hidup seperti dalamkesendirian, ketidakamanan, tipisnya semangat kebersamaan dan terkungkung dalam lingkungan kelompok sosial yang sempit dan sulit berubah. Ini telah memperlemah bangsa dan menghambat berbagai upaya perubahan yang di tawarkan. Bangsa yang memiliki modal sosial yang rendah akan selalu menjadi bangsa yang berbudaya inferior dan kalah. Mereka tidak pernah diperhitungkan karena tidak akan sanggup mengarungi persaingan dalam berbagai bentuk pergaulan dunia.
Membangun modal sosial berarti melakukan revilitasi terhadap kehidupan bangsa itu sendiri. Hambatan yang menuntut segeradicarikan solusinya, antara lain renggangnya jaringan sosial antara suku akibat dari semangat Inward Looking yang sangat tinggi. Apabila hambatan ini dapat diatasi, yang sebetulnya muncul dari gejala keterisolasian budaya semata, dan pola baru hubungan sosial antara suku dapat ditegakkan diatas prinsip yang kuat pada upaya pengembangan modal sosial, niscaya bangsa ini akan memiliki keunggulan dan kekuatan yang menakjubkan.
Memang pada prinsipnya ada tiga konsep dasar yang melekat dalam modal sosial yakni kepercayaan, norma dan jaringan yang menjadi  kekuatan dalam membangun suatu komunitas masyarakat, utamanya dalam upaya pencapaian tujuan bangsa yakni masyarakat yang sejahtera atau biasa disebut masyarakat madani.
Modal sosial adalah sumber daya yang dapat di pandang sebagai investasi. Untuk menghasilakan sumber daya baru. Ia lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok de3ngan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antara sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

D.    Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja
1.      Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan srtategi komunikasi adalah sebagai sarana untuk:
a.       Memberitahu
b.      Memotivasi
c.       Mendidik
d.      Menyebarkan informasi
e.       Mendukung pembuatan keputusan
2.      Factor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi[11]
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam penyusunan strategi komunikasi
a.       Mengenali Sasaran
Pada kegiatan ini, komunikator perlu mengenali terlebih dahulu siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi (disesuaikan dengan tujuan komunikasi). Dalam pengenalan sasaran,
komunikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan, antara lain: pengalaman, pendidikan, status sosial, pola hidup, ideologi, dan keinginan sasaran. 2. Situasi dan kondisi di sekeliling sasaran pada saat pesan akan disampaikan dapat mempengaruhi penerimaan pesan, misalnya suasana sedih, sakit, dan situasi lingkungan yang tidak mendukung.
b.      Pemilihan Media
Pemilihan media sangat tergantung pada tujuan yang akan dicapai, bentuk pesan yang akan disampaikan, dan teknik komunikasi yang akan dipakai.
c.       Pengkajian Tujuan Pesan
Agar dapat mengemas pesan secara tepat, benar, dan menarik minat sasaran, perlu dilakukan pengkajian tujuan pesan. Namun sebelumnya harus dipahami dulu: isi pesan apa yang cocok untuk disampaikan. Satu pesan dapat menggunakan lebih dari satu teknik komunikasi, atau menggunakan satu atau beberapa lambang (misalnya: bahasa, gambar, warna, gerak tubuh, suara, dsb).  bersedia menindak-lanjuti isi pesan. Kredibilitas komunikator adalah kemampuan komunikator dalam menumbuhkan kepercayaan komunikan terhadap pesan. Kepercayaan ini timbul antara lain karena profesi, kedudukan, dan keahlian yang dimiliki komunikator. Kriteria komunikator yang memiliki kredibilitas, antara lain: 1) daya nalar tinggi; 2) bermoral baik;
dan 3) memiliki karakter yang baik
3.      Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce Dikalangan Remaja
Praktik strategi komunikasi umumnya terdiri dari tiga esensi utama, yaitu: strategi implementasi, strategi dukungan dan strategi integrasi.
Dalam mensosialisasikan budaya siri na pace dikalangan remaja, dapat dilakukan strategi komunikasi berdasarkan tiga esensi utama di atas. Namun sebelum melakukan sosialisasi budaya siri na pacce dikalangan remaja, perlu diperhatikan beberapa tahap dibawah ini:
a.       Mengidentifikasi visi dan misi
b.      Menentukan program dan kegiatan
c.       Menentukan tujuan dan hasil
d.      Seleksi audiens yang menjadi sasaran
e.       Mengembangkan pesan
f.       Identifikasi pembawa pesan (tampilan komunikator)
g.      Mekanisme komunikasi/media
h.      Scan konteks dan persaingan
Dari tahapan strategi komunikasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi komunikasi dalam mensosialisasikan budaya siri na pace dikalangan remaja dapat dilakukan dengan cara:
1.      Seminar/kampanye
Seminar atau kampanye tentang nilai-nilai siri na pacce dikalangan remaja merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mensosialisasikan budaya siri na pacce dikalangan remaja agar mereka tidak menyalah artikan budaya siri na pacce.
2.      Implementasi
Untuk mensosialisasikan budaya siri na pace dapat dilakukan dengan cara implementasi budaya ini dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketika orang tua, pengajar dan masyarakat mempraktikkan dan menanamkan budaya siri na pacce, maka secara otomatis remaja akan menanamkan dan mempraktikka budaya siri na pacce di dalam kehidupan kesehariannya.
3.      Media
Mensosialisasikan budaya siri na pacce dikalangan remaja dapat dilakukan dengan menggunakan media yang tengah berkembang dan menjadi trend remaja dewasa ini. Untuk mensosialisasikan budaya sri na pacce ini bisa disebarkan melalui berbagai media, baik media cetak, elektronik maupun internet. Terlebih dewasa ini banyak remaja yang mampu menjangkau berbagai akun di dunia maya (internet), baik melalui jejaring sosial facebook, twitter dan lain sebainya. Bahkan handphone pun kini bisa dijadikan media untuk mensosialisasikan budaya siri na pacce. 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Strategi komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur pelaksanaan proses komunikasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi, untuk mencapai suatu tujuan
2.      Siri adalah  suasana hati dalam masyarakat yang merupakan system nilai sikap, bertindak untuk memantapkan perasaan dan motivasi-motivasi dengan membentuk keteraturan tindakan. Sedangkan pacce adalah suasana masyarakat dalam hati individu yang dianggap oleh masyarakat sebagai rasa iba hati terhadap suasana masyarakatnya, sehingga cenderung untuk mengabdi atas cinta kasih sesama manusia.
3.      Konsep budaya siri na pacce Bugis Makassar merupakan warisan budaya luhur yang terjelma dari hasil pemikiran cendikiawan leluhur masyarakat Bugis Makassar yang menjadi kekuatan dan motivasi moral didalam beraktivitas dan bertindak sehingga nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga walaupun perkembangan zaman semakin modern. Budaya Siri na pacce merupakan modal sosial masyarakat Bugis Makassar yang terpatri dalam peradaban dan karakter yang membentuk tatanan kehidupan yang berkepribadian.
4.      Strategi komunikasi dalam memsosialisasikan budaya siri na apace dapat dilakukan dengan seminar/kampanye, implementasi dan melalui media.




DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Akil, Anshar .Teknologi Informasi dan  Komunikasi. Cet I:Makassar;Alauddin University Press, 2011.
LPPB, Siri  dan Pesse. Cet I:Makassar;Pustaka Refleksi, 2003.
Mardiana, Rahasia Tuturan Pekerja Wisata Strategi Komunikasi. Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Ramli, Muhammad. Kearifan Lokal dalam Implementasi Kebijakan Publik Perspektif Lokal Wisdon Masyarakat Bugis .Cet I; Makassar: Alauddin Press, 2011.
Wahid, Sugira. Manusia Makassar .Cet 2:Makassar; Refleksi, 2008.
INTERNET


[1]Siri  dan Pesse (Cet I:Makassar;Pustaka Refleksi, 2003), hal vi  
[2]Ibid  
[3]Muhammad Ramli, Kearifan Lokal dalam Implementasi Kebijakan Publik Perspektif Lokal Wisdon Masyarakat Bugis (Cet I; Makassar: Alauddin Press, 2011), hal 48
[4]Siri dan Pacce. Op.cit,
[5]Anshar Akil, Teknologi Informasi dan  Komunikasi (Cet I:Makassar;Alauddin University Press, 2011), hal 61
[7]Sugira Wahid, Manusia Makassar (Cet 2:Makassar; Refleksi, 2008), hal 
[8]Ibid  
[9]Muhammad Ramli, op.cit, hal 48
[10] Muhammad Ramli, op.cit, hal 47-50