tugas pengantar ilmu komunikasi Q

07.28

Tugas             : Makalah Individu
Mata Kuliah   : Pengantar Komunikasi
Dosen             : Drs. Arifuddin Tike, M.Sos.I


FUNGSI HUMAS DALAM PENGEMBANGAN ORGANISASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR.jpg
 











Oleh :

Wafa Nursiham
50100111038




JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah  ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Hubungan antara Komunikasi dengan Kehumasan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pengantar Komunikasi.
Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak M.Sos selaku dosen mata kuliah Pengantar Komunikasi yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini saya susun, semoga bermanfaat.

Samata,  Mei 2012

  Wafa Nursiham



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
B.      Rumusan Masalah
BAB        PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hubungan Masyarakat (Humas)
B.     Asal Mula Humas dalam Organisasi
C.     Fungsi , Peran dan Strategi Humas dalam Pengembangan Organisasi
BAB III   PENUTUP
A.       Kesimpulan
DAFTRA PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hubungan masyarakat (humas) sebenarnya sudah dikenal dan dipraktikkan orang sejak berabad-abad yang lalu. Frank Jefkins menyebutkan bahwa kitab-kitab suci agama-agama besar di dunia mengandung suatu bentuk humas. Dikabarkan bahwa sejak dahulu manusia selalu berusaha menciptakan suatu pemahaman atas iman yang mereka anut. Ketika kapal-kapal bangsa Phoenicia dan Viking mengarungi samudra untuk melakukan eksplorasi dan penaklukan, kain layar di kapal-kapal itu mereka hias dengan lambang burung atau hewan lainnya untuk menunjukkan identitas mereka. Raja atau panglima perang, maju berperang dengan menyandang perisai bertahtakan suatu emblem atau lambang tertentu yang menjadi media komunikasi yang menunjukkan siapa dirinya. Hal yang dahulu dilakukan oleh para raja dan panglima perang, kini dilakukan pula oleh para pelaku bisnis hingga politisi. Seragam dan lambang merupakan salah satu media humas dan mereka terus digunakan dari waktu ke waktu.[1]
Saat ini, tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas. Dengan demikian, humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan (profit) maupun perusahaan nonkomersial yang tidak mencari keuntungan. Tidak peduli apakah organisasi itu berada di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.[2]
Berangkat dari pernyataan di atas, penyusun merasa perlu menjadikan “Fungsi Humas dalam Pengembangan Organisasi” sebagai judul dari makalah yang disusun sebagai tugas pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hubungan masyarakat(humas)?
2.      Bagaimana asal mula humas dalam organisasi?
3.      Bagaimana fungsi, peran dan stategi humas dalam pengembangan organisasi?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hubungan Masyarakat (Humas)
Istilah hubungan masyarakat yang disingkat humas sebagai terjemahan dari  istilah public relation, di Indonesia sudah benar-benar memasyarakat dalam arti kata telah dipergunakan secara luas oleh departemen, jawatan, perusahaan, badan, lembaga dan lain-lain organisasi kekaryaan.[3]
The British Institute of Public Relations mendefinisikan fungsi hubungan masyarakat sebagai upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayak.[4]
Cutlip-center-broom: humas adalah usaha terencana untuk mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggungjawab, di dasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan.[5]
Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relation) mendefinisikan humas adalah seni dan ilmu social dalam menganalisis kecenderungan memperkirakan akibat-akibat, memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya.[6]
Menurut Frank Jefkins, terdapat begitu banyak definisi Huma, namun ia sendiri memberikan batasan Humas, yaitu “sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian”.[7]
Untuk memperoleh kejelasan mengenai apa itu hubungan masyarakat, mengapa diadakan hubungan masyarakat, dan bagaimana kegiatan hubungan masayarakat, para ahli membagi hubungan masayarakat menjadi dua jenis pengertian:[8]
1.      Hubungan Masayarakat sebagai Technique of Communication
Kegiatan hubungan masyarakat pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi. Berbeda dengan jenis kegiatan komunikasi lainnya, komunikasi yang dilancarkan oleh hubungan masyarakat mempunyai ciri-ciri tertentu yang disebabkan oleh fungsi hubungan masyarakat, sifat organisasi dimana hubungan masyarakat itu dilakukan, sifat-sifat manusia yang terlibat, faktor ekstern yang mempengaruhi, dan sebagainaya. Ciri hakiki komunikasi dalam hubungan masyarakat ialah komunikasi timbal balik. Ini mutlak harus berlangsung. Jika tidak terjadi dengan sendirinya, maka harus diusahakan agar terjadi. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang melancarkan komunikasi harus mengetahui efeknya. Kalau feedback tidak timbul dengan sendirinya, ia harus menelitinya sehingga ia mengetahui pasti efek komunikasinya.
Hubungan masyarakat dalam pengertian  technique of communication mengandung arti bahwa kegiatan hubungan masyarakat dilakukan sendiri oleh seorang pemimpin, apakah ia pimpinan jawatan, perusahaan, instansi militer, lembaga atau organisasi lainnya.
2.      Hubungan Masyarakat sebagai State of Being
Yang dimaksud dengan state of being disini adalah keadaan wujud yang merupakan wahana kegiatan hubungan masyarakat dalam bentuk biro, bagian, seksi, urusan dan lain-lain. Penggunaan istilah tersebut bergantung pada struktur organisasi dimana hubungan masyarakat itu dilakukan.
Biro, bagian, seksi atau urusan hubungan masyarakat sebagai sarana kegiatan hubungan masyarakat, jelas dapat dilihat wujudnya, yakni ruangan kantornya lengkap dengan segala peralatannya, meja, lemari, kursi, mesin tik, telepon beserta alat-alat elektronik lainnya. Jelas pula pegawainya-pegawainya, mulai dari kepala humas sampai jurutik.
Dari pengertian hubungan masyarakat di atas dapat diartikan bahwa kegiatan hubungan masyarakat bukan monopoli pekerjaan kepala humas saja, melainkan dapat dilakukan oleh siapa saja yang menjadi pemimpin organisasi yang mempunyai anak buah atau seseorang yang mempunyai klahayak.
Tidak semua organisasi dilengkapi dengan bagian hubungan masyarakat, tetapi pemimpinnya sendiri dapat melakukan kegiatan hubungan masyarakat. Tidak semua kecamatan dilengkapi dengan bagian humas, tetapi Pak. Camat sendiri dapat melakukan kegiatan humas, yakni hubungan masyarakat dalam pengertian technique of communication.
B.     Asal Mula Humas dalam Organisasi
Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melaui hierarki otoritas dan tanggung jawab.[9]
Adapun hubungan masyarakat dalam organisasi kerap dapat ditelusuri asal usulnya yang tidak terduga dan sederhana. Awalnya hanya karena seseorang yang menjawab surat-surat dari pelanggan atau anggota, seseorang yang membuat naskah untuk direc-email, iklan kelembagaan, atau laporan tahunan. Seseorang yang menangani pengunjung, mengadakan wisata atau merencanakan rapat tahunan, atau seseorang yangberfungsi sebagai ombudsman organisasi untuk karyawan atau masyarakat sekitar. Didalam organisasi lainnya, hubungan masyarakat berawal sebagai hubungan publisitas produk dan layanan, sebagai dukungan berita bagi kampanye iklan nasional, atau kampanye pengumpulan dana atau keanggotaan.
Tetapi kreasi hubungan masyarakat tidak selalu bersemi dari peluang yang menyenangkan. Sebagai contoh, keadaan darurat atau krisis seperti kecelakaan, penarikan produk, dan pemberhentian pegawai menarik perhatian publik dan media. Jika tidak satupun staff yang memenuhi syarat untuk berurusan dengan media dan menangani hubungan masyarakat, maka fungsi hubungan masyarakat muncul dari kondisi krisis. Spesialis media atau penasehat hubungan masyarakat luar diikut sertakan dalam jangka waktu pendek untuk membantu krisis terbaru kemudian akan disewa atau dipertahankan untuk seterusnya. Setelah keadaan darurat atau krisis mereda, hubungan masyarakat ditetapkan kembali agar sesuai dengan misi yang berubah, masalah dan kesempatan baru, serta nilai dan pandangan para CEO yang terus berganti.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cara berhubungan masyarakat berawal dalam organisasi, sehingga ada juga organisasi besar yang mempunyai departemen hubungan masyarakat kecil. Sebaliknya, ada perusahaan yang relatif kecil yang mempekerjakan banyak praktisi dan dalam keadaan tertentu masih memakai penasehat luar. Banyak departemen yang melapor langsung pada CEO, sementara yang lainnya melapor pada pejabat puncak sumber daya manusia atau pemasaran. Pada beberapa organisasi, hububgan masyarakat melapor pada pejabat puncak legal. Beberapa organisasi membayar organisasi luar, meskipun pembentukkan staff internal mereka sendiri secara logika merupakan pilihan yang lebih pantas. Pada organisasi lainnya, para staff internal mendapat tugas yang mungkin lebih baik apabila ditangani oleh penasehat luar.[10]
C.    Fungsi , Peran dan Strategi Humas dalam Pengembangan Organisasi
Terdapat tiga fungsi hubungan masyarakat dalam pengembangan organisasi:[11]
1.      Untuk mengetahui secara pasti dan mengevaluasi pendapat umum yang berkaitan dengan organisasi.
2.      Untuk menasehati para eksekutif mengenai cara-cara menangani pendapat umum yang timbul.
3.      Menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum.
Fungsi manajemen Humas lainnya dalam pengembangan organisasi, sebagai berikut :[12]

·         Memperkirakan, menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu-isu yang mungkin mempengaruhi operasi dan rencana organisasi, baik itu pengaruh buruk maupun baik.
·         Memberi saran kepada manajemen di semua level di dalam organisasi sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya tindakan, dan komunikasi, dan mempertimbangkan ramifikasi publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi.
·         Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program-program aksi dan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan organisasi. Ini mungkin mencakup program marketing, finansial, pengumpulan dana, karyawan, komunikasi atau hubungan pemerintah, dan program-program lain.
·         Merencanakan dan mengimplementasikan usaha organsasi untuk memengaruhi atau mengubah kebijakan public.
·         Menentukan tujuan, rencana anggaran, rekrutmen dan training staf, mengembangkan fasilitasnya-ringkasnya, mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut di atas.
Adapun peran Humas dalam Pengembangan Organisasi antara lain:[13]

Ø  Technician communication
Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web, dan mengangani kontak media. Praktisi yang melakukanm peran ini biasanya tidak hadir disaat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan dan pers.
Ø  Expert Prescriber communication
Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli, orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan humas dan solusinya. Manajemen puncak menyerahkan humas di tangan para ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi pakar bertugas mendefinisikan probelm, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implemetasinya
Ø  Communication facilitator
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liason), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat keputuasan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang menganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah-tengah dna berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.
Ø  Fasilitator Pemecah Masalah
Ketika praktisi melakukan peran ini, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategies. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain untuk dan organisasi untuk mengaplikasikan humas dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya.
Langkah-langkah strategi management dalam kegiatan Hubungan masyarakat melalui tahapan-tahapan:[14]
1.      Tahapan stakeholders: sebuah organisasi/perusahaan mempunyai hubungan dengan publiknya bilamana perilaku organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap strokeholdernya atau sebaliknya. Humas harus melakukan survey untuk terus membaca perkembangan lingkungannya, dan membaca perilaku organisasinya serta menganalisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan secara kontinu dengan strokeholders ini membantu organisasi untuk tetap stabil.
2.      Tahap publik: publik terbentuk ketika organisasi/perusahan menyadari adanya problem tertentu. Pendapat ini berdasarkan hasil penelitian Gruning  dan Hunt, yang menyimpulkan bahwa publik muncul sebagai akibat adanya problem dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain publik selalu eksis bilamana ada problem yang mempunyai potensi akibat (konsekuensi) terhadap mereka. Publik bukanlah suatu kumpulan massa umum biasa, mereka sangat efektif dan spesifik terhadap suatu kepentingan tertentu dan problem tertentu. Oleh karena itu, humas perlu terus menerus mengidentifikasi publik yang muncul terhadap berbagai problem. Biasanya dilakukan melalui wawancara mendalam pada suatu focus group.
3.      Tahap isu: publik muncul sebagai konsekuensi dari adanya problem selalu mengorganisasi dan menciptakan “isu”. Yang dimaksud dengan “isu” disini bukanlah isu dalam arti kabar burung atu kabar tak resmi yang berkonotasi negatif (bahasa aslinya rumor), melainkan suatu tema yang dipersoalkan. Mulanya pokok persoalan demikian luas dan mempunyai banyak pokok, tetapi kemudian akan terjadi kristalisasi sehingga pokoknya menjadi lebih jelas karena pihak-pihak yang terkait saling melakukan diskusi.
Humas perlu mengidentifikasi dan responsif terhadap isu-isu tersebut. Langkah ini dalam menejemen dikenal dengan issues manajement. Pada tahap ini media memegang peranan sangat penting karena media akan mengangkat suatu pokok persoalan kepada masyarakat dan masyarakat akan menanggapinya. Media mempunyai peranan yang sangat besar dalam perluasan isu bahkan membelokkannya sesuai dengan persepsinya. Media dapat melunakkan sikap publik atu sebaliknya meningkatkan perhatian publik, khususnya bagi hot issue, yakni yang menyangkut kepentingan publik lebih luas.
Issue manajement pada tahap ini perlu dilakukan secara simultan dan cepat, dengan melibatkan komunikasi personall sekaligus komunikasi dengan media massa. PR melakukan program komunikasi dengan kelompok stakeholders atu publik yang berbeda-beda pada ketiga tahap di atas.
4.      Humas perlu mengembangkan objective formal seperti komunikasi, akurasi, pemahaman, persetujuan dan perilaku tertentu terhadap program-program kampanye komunikasinya.
5.      Humas harus mengembangkan program resmi dan kampanye komunikasi yang jelas untuk menjangkau objective di atas.
6.      Humas khususnya para pelaksana, harus memahami permasalahan dan dapat menerapkan kebijakan kampanye komunikasi.
Humas harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan tugasnya untuk memenuhi pencapaian objective dan mengurangi konflik yang muncul di kemudian hari.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Hubungan Masyarakat adalah rangkuman komunikasi yang terencana sebagai sarana pelayanan terhadap organisasi dan khalayaknya secara bertanggung jawab dengan komunikasi dua arah yang memuaskan. Hubungan masayarakat terbagi menjadi dua jenis pengertian, hubungan masayarakat sebagai technique of communication dan hubungan masyarakat sebagai state of being.
2.      Asal mula Humas dalam organisasi berawal sebagai hubungan publisitas produk dan layanan, sebagai dukungan berita bagi kampanye iklan nasional, atau kampanye pengumpulan dana atau keanggotaan.namun pada penerapannya dalam organisasi disesuaikan dengan kebutuhan organisasi itu sendiri.
3.      Fungsi humas dalam pengembangan organisasi adalah mengadakan POAC (planning, organizing, actuating dan controlling) di dalam kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Adapun peranan humas dalam pengembangan organisasi yaitu technician communication, expert prescriber communication, communication facilitator dan fasilitator pemecah masalah. Sedangkan strategi humas dalam pengembangan organisasi melalu beberapa tahapan yaitu tahapan stakeholders, tahap public dan tahap isu, kemudian humas juga harus mengembangkan objective formal dan program resmi serta kampanye komunikasi juga harus memahami permasalahan dan menyelesaikannya dan dapat mengevaluasi segala aktifitas humas.



DAFTAR PUSTAKA
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/peran-profesional-public-relations.html
M. Cutlip, Scott, dkk. terjemahan Effective Public Relation edisi kedelapan. Jakarta: PT Tunas Jaya Lestari, 2005.
Morissan. Manajemen Public Relation Stategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Cet IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Public Relations. Cet VI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Uchjana, Onong Effendy. Komunikasi Teori dan Praktek. Cet XXI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.




[1]Morrisan,  Manajemen Public Relation Stategi Menjadi Humas Profesional (Cet I; Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), hal 1.      
[2] Morrisan, op.cit., hal 6.
[3]Onong Uchjana Effendi, Komunikasi Teori Dan Praktek(Cet 21 Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2007), hal 131
[4] Ibid, hal 134
[5]  Morrisan, op.cit., hal 7
[6] Ibid, hal 8
[7] Ibid, hal 8
[8] Onong Uchjana Effendi, op.cit.,hal 132-133
[9] Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Cet IX; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal 23
[10] Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, terjemahan Effective Public Relation edisi kedelapan (Jakarta: PT Tunas Jaya Lestari, 2005), hal 48-49.
[11] Onong Uchjana Effendi, op.cit.,hal 134
[12]http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/peran-profesional-public-relations.html

[13]Ibid  
[14]Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relations (Cet VI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal 93-94.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
7 Juni 2015 pukul 02.49 delete

assalamualaikum
izin copy kak :)

Reply
avatar