Tugas : Makalah Individu
Mata
Kuliah : Pengantar Komunikasi
Dosen : Drs. Arifuddin Tike, M.Sos.I
FUNGSI HUMAS DALAM PENGEMBANGAN ORGANISASI
Oleh :
Wafa Nursiham
50100111038
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Segala Puji
bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhan yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Hubungan
antara Komunikasi dengan Kehumasan” ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah Pengantar Komunikasi.
Terima kasih saya sampaikan kepada
Bapak M.Sos selaku dosen mata kuliah Pengantar Komunikasi yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini saya susun,
semoga bermanfaat.
Samata, Mei 2012
Wafa Nursiham
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
B.
Rumusan Masalah
BAB PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hubungan Masyarakat (Humas)
B. Asal
Mula Humas dalam Organisasi
C. Fungsi
, Peran dan Strategi Humas dalam Pengembangan Organisasi
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTRA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hubungan
masyarakat (humas) sebenarnya sudah dikenal dan dipraktikkan orang sejak
berabad-abad yang lalu. Frank Jefkins menyebutkan bahwa kitab-kitab suci
agama-agama besar di dunia mengandung suatu bentuk humas. Dikabarkan bahwa
sejak dahulu manusia selalu berusaha menciptakan suatu pemahaman atas iman yang
mereka anut. Ketika kapal-kapal bangsa Phoenicia dan Viking mengarungi samudra
untuk melakukan eksplorasi dan penaklukan, kain layar di kapal-kapal itu mereka
hias dengan lambang burung atau hewan lainnya untuk menunjukkan identitas
mereka. Raja atau panglima perang, maju berperang dengan menyandang perisai
bertahtakan suatu emblem atau lambang tertentu yang menjadi media komunikasi
yang menunjukkan siapa dirinya. Hal yang dahulu dilakukan oleh para raja dan
panglima perang, kini dilakukan pula oleh para pelaku bisnis hingga politisi.
Seragam dan lambang merupakan salah satu media humas dan mereka terus digunakan
dari waktu ke waktu.[1]
Saat
ini, tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas. Dengan demikian, humas
adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi,
baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan (profit) maupun
perusahaan nonkomersial yang tidak mencari keuntungan. Tidak peduli apakah
organisasi itu berada di sektor pemerintahan maupun sektor swasta.[2]
Berangkat
dari pernyataan di atas, penyusun merasa perlu menjadikan “Fungsi Humas dalam Pengembangan Organisasi” sebagai judul dari
makalah yang disusun sebagai tugas pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian hubungan masyarakat(humas)?
2. Bagaimana
asal mula humas dalam organisasi?
3. Bagaimana
fungsi, peran dan stategi humas dalam pengembangan organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hubungan Masyarakat (Humas)
Istilah
hubungan masyarakat yang disingkat humas sebagai terjemahan dari istilah public relation, di Indonesia sudah
benar-benar memasyarakat dalam arti kata telah dipergunakan secara luas oleh
departemen, jawatan, perusahaan, badan, lembaga dan lain-lain organisasi
kekaryaan.[3]
The
British Institute of Public Relations mendefinisikan fungsi hubungan masyarakat
sebagai upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan
membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayak.[4]
Cutlip-center-broom:
humas adalah usaha terencana untuk mempengaruhi pandangan melalui karakter yang
baik serta tindakan yang bertanggungjawab, di dasarkan atas komunikasi dua arah
yang saling memuaskan.[5]
Majelis
Humas Dunia (World Assembly of Public Relation) mendefinisikan humas adalah
seni dan ilmu social dalam menganalisis kecenderungan memperkirakan
akibat-akibat, memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan
program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya.[6]
Menurut
Frank Jefkins, terdapat begitu banyak definisi Huma, namun ia sendiri
memberikan batasan Humas, yaitu “sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi
yang terencana, baik itu kedalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan saling pengertian”.[7]
Untuk
memperoleh kejelasan mengenai apa itu hubungan masyarakat, mengapa diadakan
hubungan masyarakat, dan bagaimana kegiatan hubungan masayarakat, para ahli
membagi hubungan masayarakat menjadi dua jenis pengertian:[8]
1.
Hubungan Masayarakat sebagai Technique of Communication
Kegiatan
hubungan masyarakat pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi. Berbeda dengan
jenis kegiatan komunikasi lainnya, komunikasi yang dilancarkan oleh hubungan
masyarakat mempunyai ciri-ciri tertentu yang disebabkan oleh fungsi hubungan
masyarakat, sifat organisasi dimana hubungan masyarakat itu dilakukan,
sifat-sifat manusia yang terlibat, faktor ekstern yang mempengaruhi, dan
sebagainaya. Ciri hakiki komunikasi dalam hubungan masyarakat ialah komunikasi
timbal balik. Ini mutlak harus berlangsung. Jika tidak terjadi dengan
sendirinya, maka harus diusahakan agar terjadi. Dengan kata lain, seorang
pemimpin yang melancarkan komunikasi harus mengetahui efeknya. Kalau feedback
tidak timbul dengan sendirinya, ia harus menelitinya sehingga ia mengetahui
pasti efek komunikasinya.
Hubungan
masyarakat dalam pengertian technique of communication mengandung
arti bahwa kegiatan hubungan masyarakat dilakukan sendiri oleh seorang
pemimpin, apakah ia pimpinan jawatan, perusahaan, instansi militer, lembaga
atau organisasi lainnya.
2.
Hubungan Masyarakat sebagai State of Being
Yang
dimaksud dengan state of being disini
adalah keadaan wujud yang merupakan wahana kegiatan hubungan masyarakat dalam
bentuk biro, bagian, seksi, urusan dan lain-lain. Penggunaan istilah tersebut
bergantung pada struktur organisasi dimana hubungan masyarakat itu dilakukan.
Biro,
bagian, seksi atau urusan hubungan masyarakat sebagai sarana kegiatan hubungan
masyarakat, jelas dapat dilihat wujudnya, yakni ruangan kantornya lengkap
dengan segala peralatannya, meja, lemari, kursi, mesin tik, telepon beserta
alat-alat elektronik lainnya. Jelas pula pegawainya-pegawainya, mulai dari
kepala humas sampai jurutik.
Dari
pengertian hubungan masyarakat di atas dapat diartikan bahwa kegiatan hubungan
masyarakat bukan monopoli pekerjaan kepala humas saja, melainkan dapat
dilakukan oleh siapa saja yang menjadi pemimpin organisasi yang mempunyai anak
buah atau seseorang yang mempunyai klahayak.
Tidak
semua organisasi dilengkapi dengan bagian hubungan masyarakat, tetapi
pemimpinnya sendiri dapat melakukan kegiatan hubungan masyarakat. Tidak semua
kecamatan dilengkapi dengan bagian humas, tetapi Pak. Camat sendiri dapat
melakukan kegiatan humas, yakni hubungan masyarakat dalam pengertian technique of communication.
B.
Asal
Mula Humas dalam Organisasi
Organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melaui hierarki
otoritas dan tanggung jawab.[9]
Adapun
hubungan masyarakat dalam organisasi kerap dapat ditelusuri asal usulnya yang
tidak terduga dan sederhana. Awalnya hanya karena seseorang yang menjawab
surat-surat dari pelanggan atau anggota, seseorang yang membuat naskah untuk
direc-email, iklan kelembagaan, atau laporan tahunan. Seseorang yang menangani
pengunjung, mengadakan wisata atau merencanakan rapat tahunan, atau seseorang
yangberfungsi sebagai ombudsman organisasi untuk karyawan atau masyarakat
sekitar. Didalam organisasi lainnya, hubungan masyarakat berawal sebagai
hubungan publisitas produk dan layanan, sebagai dukungan berita bagi kampanye
iklan nasional, atau kampanye pengumpulan dana atau keanggotaan.
Tetapi
kreasi hubungan masyarakat tidak selalu bersemi dari peluang yang menyenangkan.
Sebagai contoh, keadaan darurat atau krisis seperti kecelakaan, penarikan
produk, dan pemberhentian pegawai menarik perhatian publik dan media. Jika
tidak satupun staff yang memenuhi syarat untuk berurusan dengan media dan
menangani hubungan masyarakat, maka fungsi hubungan masyarakat muncul dari
kondisi krisis. Spesialis media atau penasehat hubungan masyarakat luar diikut
sertakan dalam jangka waktu pendek untuk membantu krisis terbaru kemudian akan
disewa atau dipertahankan untuk seterusnya. Setelah keadaan darurat atau krisis
mereda, hubungan masyarakat ditetapkan kembali agar sesuai dengan misi yang
berubah, masalah dan kesempatan baru, serta nilai dan pandangan para CEO yang
terus berganti.
Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi cara berhubungan masyarakat berawal dalam
organisasi, sehingga ada juga organisasi besar yang mempunyai departemen
hubungan masyarakat kecil. Sebaliknya, ada perusahaan yang relatif kecil yang
mempekerjakan banyak praktisi dan dalam keadaan tertentu masih memakai
penasehat luar. Banyak departemen yang melapor langsung pada CEO, sementara
yang lainnya melapor pada pejabat puncak sumber daya manusia atau pemasaran.
Pada beberapa organisasi, hububgan masyarakat melapor pada pejabat puncak
legal. Beberapa organisasi membayar organisasi luar, meskipun pembentukkan
staff internal mereka sendiri secara logika merupakan pilihan yang lebih
pantas. Pada organisasi lainnya, para staff internal mendapat tugas yang
mungkin lebih baik apabila ditangani oleh penasehat luar.[10]
C.
Fungsi
, Peran dan Strategi Humas dalam Pengembangan Organisasi
Terdapat
tiga fungsi hubungan masyarakat dalam pengembangan organisasi:[11]
1. Untuk
mengetahui secara pasti dan mengevaluasi pendapat umum yang berkaitan dengan
organisasi.
2. Untuk
menasehati para eksekutif mengenai cara-cara menangani pendapat umum yang
timbul.
3. Menggunakan
komunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum.
·
Memperkirakan,
menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu-isu yang
mungkin mempengaruhi operasi dan rencana organisasi, baik itu pengaruh buruk
maupun baik.
·
Memberi
saran kepada manajemen di semua level di dalam organisasi sehubungan dengan
pembuatan keputusan, jalannya tindakan, dan komunikasi, dan mempertimbangkan
ramifikasi publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi.
·
Meriset,
melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program-program aksi dan komunikasi
untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman
publik yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan organisasi. Ini mungkin mencakup
program marketing, finansial, pengumpulan dana, karyawan, komunikasi atau
hubungan pemerintah, dan program-program lain.
·
Merencanakan
dan mengimplementasikan usaha organsasi untuk memengaruhi atau mengubah
kebijakan public.
·
Menentukan
tujuan, rencana anggaran, rekrutmen dan training staf, mengembangkan
fasilitasnya-ringkasnya, mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
semua hal tersebut di atas.
Adapun peran Humas dalam
Pengembangan Organisasi antara lain:[13]
Ø Technician communication
Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit
newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web,
dan mengangani kontak media. Praktisi yang melakukanm peran ini biasanya tidak
hadir disaat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru
bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang
tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan.
Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan
manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada
karyawan dan pers.
Ø Expert Prescriber communication
Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli,
orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan humas dan
solusinya. Manajemen puncak menyerahkan humas di tangan para ahli dan manajemen
biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi
pakar bertugas mendefinisikan probelm, mengembangkan program, dan bertanggung
jawab penuh atas implemetasinya
Ø Communication facilitator
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah
sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator
komunikasi bertindak sebagai perantara (liason), interpreter, dan mediator
antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan
memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan
menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi
informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat
keputuasan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator
komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara
organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda mendiagnosis
dan memperbaiki kondisi-kondisi yang menganggu hubungan komunikasi di antara
kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah-tengah dna
berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.
Ø Fasilitator Pemecah Masalah
Ketika praktisi melakukan peran ini, mereka berkolaborasi
dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi
bagian dari tim perencanaan strategies. Kolaborasi dan musyawarah dimulai
dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final.
Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain untuk dan organisasi untuk
mengaplikasikan humas dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk
memecahkan problem organisasional lainnya.
Langkah-langkah
strategi management dalam kegiatan Hubungan masyarakat melalui tahapan-tahapan:[14]
1. Tahapan
stakeholders: sebuah organisasi/perusahaan mempunyai hubungan dengan publiknya
bilamana perilaku organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap
strokeholdernya atau sebaliknya. Humas harus melakukan survey untuk terus
membaca perkembangan lingkungannya, dan membaca perilaku organisasinya serta
menganalisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan secara
kontinu dengan strokeholders ini membantu organisasi untuk tetap stabil.
2. Tahap
publik: publik terbentuk ketika organisasi/perusahan menyadari adanya problem
tertentu. Pendapat ini berdasarkan hasil penelitian Gruning dan Hunt, yang menyimpulkan bahwa publik
muncul sebagai akibat adanya problem dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain
publik selalu eksis bilamana ada problem yang mempunyai potensi akibat
(konsekuensi) terhadap mereka. Publik bukanlah suatu kumpulan massa umum biasa,
mereka sangat efektif dan spesifik terhadap suatu kepentingan tertentu dan
problem tertentu. Oleh karena itu, humas perlu terus menerus mengidentifikasi
publik yang muncul terhadap berbagai problem. Biasanya dilakukan melalui
wawancara mendalam pada suatu focus group.
3. Tahap
isu: publik muncul sebagai konsekuensi dari adanya problem selalu
mengorganisasi dan menciptakan “isu”. Yang dimaksud dengan “isu” disini bukanlah
isu dalam arti kabar burung atu kabar tak resmi yang berkonotasi negatif
(bahasa aslinya rumor), melainkan suatu tema yang dipersoalkan. Mulanya pokok
persoalan demikian luas dan mempunyai banyak pokok, tetapi kemudian akan
terjadi kristalisasi sehingga pokoknya menjadi lebih jelas karena pihak-pihak
yang terkait saling melakukan diskusi.
Humas
perlu mengidentifikasi dan responsif terhadap isu-isu tersebut. Langkah ini
dalam menejemen dikenal dengan issues manajement. Pada tahap ini media memegang
peranan sangat penting karena media akan mengangkat suatu pokok persoalan
kepada masyarakat dan masyarakat akan menanggapinya. Media mempunyai peranan
yang sangat besar dalam perluasan isu bahkan membelokkannya sesuai dengan
persepsinya. Media dapat melunakkan sikap publik atu sebaliknya meningkatkan
perhatian publik, khususnya bagi hot issue, yakni yang menyangkut kepentingan
publik lebih luas.
Issue
manajement pada tahap ini perlu dilakukan secara simultan dan cepat, dengan
melibatkan komunikasi personall sekaligus komunikasi dengan media massa. PR
melakukan program komunikasi dengan kelompok stakeholders atu publik yang
berbeda-beda pada ketiga tahap di atas.
4. Humas
perlu mengembangkan objective formal seperti komunikasi, akurasi, pemahaman,
persetujuan dan perilaku tertentu terhadap program-program kampanye
komunikasinya.
5. Humas
harus mengembangkan program resmi dan kampanye komunikasi yang jelas untuk
menjangkau objective di atas.
6. Humas
khususnya para pelaksana, harus memahami permasalahan dan dapat menerapkan
kebijakan kampanye komunikasi.
Humas harus
melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan tugasnya untuk memenuhi
pencapaian objective dan mengurangi konflik yang muncul di kemudian hari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Hubungan
Masyarakat adalah rangkuman komunikasi yang terencana sebagai sarana pelayanan
terhadap organisasi dan khalayaknya secara bertanggung jawab dengan komunikasi
dua arah yang memuaskan. Hubungan masayarakat terbagi menjadi dua jenis
pengertian, hubungan masayarakat sebagai technique
of communication dan hubungan masyarakat sebagai state of being.
2. Asal
mula Humas dalam organisasi berawal sebagai hubungan publisitas produk dan
layanan, sebagai dukungan berita bagi kampanye iklan nasional, atau kampanye pengumpulan
dana atau keanggotaan.namun pada penerapannya dalam organisasi disesuaikan
dengan kebutuhan organisasi itu sendiri.
3. Fungsi
humas dalam pengembangan organisasi adalah mengadakan POAC (planning,
organizing, actuating dan controlling) di dalam kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai. Adapun peranan humas dalam pengembangan
organisasi yaitu technician
communication,
expert prescriber communication,
communication facilitator dan fasilitator
pemecah masalah. Sedangkan strategi humas dalam pengembangan organisasi
melalu beberapa tahapan yaitu tahapan
stakeholders, tahap public dan tahap isu, kemudian humas juga harus mengembangkan objective
formal dan program resmi serta kampanye komunikasi juga harus memahami
permasalahan dan menyelesaikannya dan dapat mengevaluasi segala aktifitas
humas.
DAFTAR PUSTAKA
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/peran-profesional-public-relations.html
M.
Cutlip, Scott, dkk. terjemahan Effective
Public Relation edisi kedelapan. Jakarta: PT Tunas Jaya Lestari, 2005.
Morissan.
Manajemen Public Relation Stategi Menjadi
Humas Profesional. Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008.
Muhammad,
Arni. Komunikasi Organisasi. Cet IX;
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Soemirat,
Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar
Public Relations. Cet VI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Uchjana,
Onong Effendy. Komunikasi Teori dan
Praktek. Cet XXI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
[1]Morrisan, Manajemen
Public Relation Stategi Menjadi Humas Profesional (Cet I; Jakarta: Kencana
Pranada Media Group, 2008), hal 1.
[3]Onong Uchjana
Effendi, Komunikasi Teori Dan Praktek(Cet
21 Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2007), hal 131
[9] Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Cet IX; Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hal 23
[10]
Scott M.
Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, terjemahan Effective Public Relation edisi kedelapan (Jakarta: PT Tunas Jaya
Lestari, 2005), hal 48-49.
[12]http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/peran-profesional-public-relations.html
[14]Soleh
Soemirat dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar
Public Relations (Cet VI Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal 93-94.
1 komentar:
Write komentarassalamualaikum
Replyizin copy kak :)
EmoticonEmoticon