ketika ayahnya tiada

20.14


“Saat Ayahnya Tiada”
Rabu, 19 Desember 2012
Hp fha berdering sejak pukul 03.30an, namun fha tak menyadarinya, karena hpnya di silent dan berada jauh dari tubuh fha. Akhirnya pukul 04.30an saat fha terbangun, hp yang berdering itu bisa fha lihat. Ternyata yang menelpon adalah kak.Dijah. Ada apa gerangan ia menelpon jam segini(gumaman fha dalam hati saat itu), fha langsung terima telpon itu, kak. Dijah memberi kabar bahwa ayah Anti meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Setelah menerima telpon dari kak. Dijah, fha langsung sent all ke teman-teman mengenai kabar duka ini, dalam hati fha berpikir bagaimana caranya supaya kami bisa ke Takalar sementara kuliah kami hari itu padat, fha sempat sms lhia akan hal ini.
Fha telpon keti wawan, meminta izin untuk menghubungi ibu, rosmini agar masuk pada hari kamis, diskusinya di panel saja. Saat fha telpon bu. Ros, hpnya tak aktif, fha langsung berinisiatif menelpon Ummi, meminta ia ke rumah bu. Ros untuk melakukan negosiasi supaya kami dapat berangkat ke Takalar. Akhirnya Ummi memberi kabar, bahwa bu. Ros juga sedang ada di rumah sakit menunggui adiknya dan kemungkinan tidak masuk, kami pun merencanakan secepatnya berangkat ke Takalar.
Setelah kami kumpul di kampus dan uang untuk santunan terkumpul, kami pun berangkat menuju Takalar dengan di pandu kak.Sule yang tahu lokasi rumah duka.
Sesampainya di rumah duka, kami langsung bergegas melihat jenazah almarhum sembari mendo’akannya.Haru memenuhi rumah duka.
Rabu, 19 Desember 2012 sekitar pukul 03.00an ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya.Betapa pilu hatinya, kehilangan pasti.Seorang ayah yang meninggalkan anak bungsu dan satu-satunya perempuan, sulit pasti baginya untuk melepas kepergian yang disayanginya. Namun itulah yang terbaik dan ketetapan dari Sang Pencipta, seperti dalam firmannya: “setiap yang bernyawa akan merasakan mati”. Ya, tak terkecuali kita semua. Anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, semuanya akan kembali kesisi Sang Pencipta, kita semua sedang mengantri menghadapNya, hanya saja kita tak tau kapan waktu itu tiba.
Pada setiap kejadian ada pelajaran bagi kita. Kematian merupakan teguran dan pengingat bagi kita, sejauhmana persiapan kita jika giliran kitalah selanjutnya yang akan menghadapi maut?sudahkah kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua kita, sudahkah kita membahagiakan mereka, syukurkah kita terhadap orang tua kita???
Kematian ayah Anti mengingatkan fha, mungkin juga kepada kita semua terhadap ayah-ayah kita di rumah. Fha juga teringat lirik lagu nasyid dari Nahawan yang berjudul AYAH.
Ayah..
Engkau mendidikku
Untuk menjadi, anak yang shaleh
Ayah…
Engkau mendidik ibuku
Untuk menjadi, khadijah yang baru
Tetes keringat membasahi wajahmu
Kucuran air hujan membasahi pipimu
Terik mentari menyengat pada dirimu
Semua itu tuk hidupi keluargamu
Dialah yang amanah Ilahi
Dia jua yang membina keluarga
Karna ia menjadi pemimpin(Nahawan)
Betapa besar pengorbanan ayah terhadap kita, bahkan ia tak menghiraukan panas, dingin, hujan dan terik mentari yang ia rasa, ia hanya memikirkan bagaimana membuat kita nyaman dengan apa yang ia upayakan, bagaimana kita merasa tentram, ia berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi kita. Sementara kita hanya menikmati hasil instan saja.Pernahkah kita merenungkan betapa besarnya pengorbanan ayah kita untuk menghidupi kita, membiayai kuliah kita. Apakah dengan pengorbanan ayah itu, sudahkah kita belajar dan kuliah dengan baik?sudahkah kita memanfatkan waktu yang ada untuk senantiasa beraktifitas yang akan membahagiakan orang tua kita?apakah kita selalu mendo’akan mereka sebagaimana mereka tak henti-hentinya mendo’akan kita?syukurkah kita terhadap orang tua kita?
Mari kita sama-sama beristighfar jika sekiranya lisan kita mungkin pernah melukai sanubari orang tua kita.Mari sama-sama beristighfar jika mungkin ada tingkah laku kita yang tak berkenan di hati orang tua kita.Mari sama-sama beristighfar jika mungkin prasangka kita menyinggung perasaan orang tua kita. Dan mari kita sama-sama bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt. Serta mari sama-sama kita mendo’akan orang tua kita.
Mari kita sama-sama ingat bahwa “ridha Allah ada pada ridha orang tua dan murka Allah ada pada murka orang tua”. Maka mari kita sama-sama berusaha mencari keridhaan itu. Birrul walidain, pasti bisa!!!


Al Ghazali bertanya pada muridnya “apakah yang paling dekat dengan kita?
Para murid ada yang menjawab “orang tua”, “sahabat”, “istri”,dan lain-lain
Al Ghazali membenarkan jawaban muridnya, tapi ia kemudian berkata”yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN
            Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, itu jelas dalam firman Allah QS Ali Imran ayat 185
“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS Ali Imran:185)
              Entah kapan dan dimana, saat rasa muncul. Ia memang tak mengenal ruang dan waktu, bahkan ia bias menyejukan tapi kadang menggersangkan, mengharukan tapi kadang menyedihkan, menguatkan tapi kadang melemahkan, tenang tapi kadang menggoyahkan, manis tapi kadang pahit. Ya, orang selalu bilang ia berjuta rasanya.

debur debu.. panas.. setelah itu tak ada hal lain .. dilangit
gerimis.. tapi aku merasa gerah sejauh jangkau padang…
muara menyempit
delta mengerut
hutan lindap
daratan kelabu
lalu laut, seluas langit datar,tetap, tak terhingga dan birunya mendebarkan
namun terkadang aku menggigil kedinginan saat mentari terik melintang
seperti itulah saat aku merindukannya.. (kutipan status kk Saddam saat ayahandanya kembali ke sisiNya)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »