Tugas : Makalah Kelompok
Mata
Kuliah : Komunikasi Antar Pribadi
Dosen : Drs. Muh. Nurlatief, M.Pd
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENSOSIALISASIKAN
BUDAYA SIRI’ NA PACCE DI KALANGAN REMAJA
Oleh Kelompok VII
Wafa Nursiham
Wawan Saputra
Ilham Maulana
Ikbal
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang dengan Rahman dan RahimNya kepada
kita sebagai makhlukNya. Masih member kesempatan kepada akal untuk berpikir,
mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, tangan
untuk menulis dan kaki untuk melangkah hingga makalah yang kami susun ini dapat
selesai sesuai batas waktu yang ditentukan.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Strategi Komunikasi
dalam Mensosialisasikan Budaya Siri’ na Pacce di Kalangan Remaja” adalah
salah satu tugas pada mata kuliah Komunikasi
AntarPribadi yang merupakan salah satu penilaian dalam proses perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis meminta kepada semua pihak untuk
mengkritik dan memberi saran terhadap makalah yang kami susun ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah yang disusun ini dapat
bermanfaat dan diridhai oleh Allah swt.
Wassalamu’alaikum wr.. wb…
Gowa, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.............................................................................. 2
BAB PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Pengertian
Strategi Komunikasi ........................................................ 3
B.
Pengertian
Siri na Pacce..................................................................... 4
C.
Budaya
Siri na Pacce di Masyarakat Bugis-Makassar....................... 5
D.
Strategi
Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja 10
BAB
III PENUTUP................................................................................................. 13
A.
Kesimpulan......................................................................................... 13
DAFTRA PUSTAKA............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Jangan pandang enteng orang Sulawesi Selatan”
Kalimat ini sering menciut ke permukaan. Nadanya memang terkesan gagah. Meski
dicuatkan dengan gaya ‘main-main’, namun pada hakikatnya mengandung kebenaran.
Cuatan itu sebagai refleksi pemaknaan empat pandangan hidup yang terus
dipelihara oleh etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Pandangan hidup ini bernama
siri na pace. Kedua kata itu menjadi sebuah ‘azimat’ kebanggaan masyarakat
daerah ini. Pemaknaan itu dapat dibuktikan dengan tingkah laku masyarakat
Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja dalam menjalani hidup kersehariaannya.[1]
Merek aboleh memilih profesi atau pekerjaan apa
saja, tapi nilai-nilai pandangan hidup it uterus menjadi pedoman dalam
langkah-langkah mereka. Sri na pacce terlanjur masuk ke sum-sum masyarakat
daerah ini. Begitu bernilainya, lebih bernilai dibandingkan kekayaan materi
berapa pun jumlahnya. Sehingga mereka menjaganya dengan baik lantaran sudah
identik dengan harga diri, atau mungkin itulah harga diri sesungguhnya.[2]
Budaya
siri dalam penerapannya sering di salah artikan bahkan diselewengkan kepada
hal-hal yang negative. Sering dalam wujudnya di masyarakat cenderung
berkonotasi balas dendam, bunuh diri, menggunakan badik atau menginginkan diri
celaka. Hal ini sudah bukan lagi siri yang sebenarnya. (Mattulada, 1994). Maka
tidaklah mengherankan kalau orang yang tidak memahami hakekat siri, maka
cenderung melihatnya sebagai suatu hal yang negative.[3]
Sementara
itu, ada juga anggapan bahwa nilai-nilai yang tercecer, terlupakan dan kurang
dimanfaatkan dalam kemajuan pembangunan dewasa ini. Diduga keras bahwa
nilai-nilai yang tercecer itu sifatnya fundamental dan potensial dalam sistem
sisial budaya, berasal dari nilai-nilai siri. Kenyataan ini dianggap ada pergeseran
nilai-nilai siri, sehingga tidak dapat diandalkan membangkitkan kegiatan dan
memonitoring pembangunan peradaban baru. Dugaan ini mengantarkan pada
kesimpulan bahwa perlu diadakan reinterpretasi makna siri untuk revitalisasi.[4]
Berdasarkan
fenomena di atas, maka kami merasa perlu mengangkat “Strategi Komunikasi
dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja” sebagai
judul makalah dalam mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi sebagai salah satu
penilaian dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian strategi komunikasi?
2. Apa
pengertian siri na pacce?
3. Bagaimana
budaya siri na pacce pada masayarakat Bugis-Makassar?
4. Bagaimana
strategi komunikasi dalam mensosialisasikan budaya siri na pace dikalangan
remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Strategi Komunikasi
Ø Strategi
berasal dari kata bahasa Yunani “strategos” yang secara harfiah berarti
seni umum. Kata strategos bermakna sebagai keputusan untuk melakukan suatu
tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya. Strategi juga diartikan
sebagai perspektif, posisi, rencana, dan pola. Sedangkan menurut istilah
strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran. Strategi
adalah konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran,
ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori,
persepsi dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran
umum agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi tercapai
tujuan.
Ø Komunikasi
berasal dari bahasa inggris “communication” dan bahasa Latin “communication”
yang berarti sama, sama disini adalah sama makna, sehingga tujuan
komunikasi adalah untuk membuat persamaan makna.
Menurut
Hovland (1953) komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan stimulus dengan
tujuan mengubah atau membentuk prilaku khalayak.[5]
Ø Strategi
komunikasi adalah strategi yang dapat menetapkan atau menempatkan posisi
seseorang secara tepat dalam komunikasii dengan lawan komunikasinya sehingga
dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi
menjelaskan tahapan konkrit dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis
pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi.
Strategi komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur
pelaksanaan proses komunikasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi, untuk mencapai suatu tujuan.[6]
B.
Pengertian
Siri na Pacce
1. Pengertian Siri
Basya
dan Mustaring memberikan batasan siri dengan mengemukakan tiga pengertian,
yaitu:[7]
1) Siri
itu sama dengan malu, isin (jawa), shame (inggris).
2) Siri
itu merupakan daya pendorong untuk melenyapkan, mengasingkan, mengusir, dan
sebagainya terhadap siapa saja yang
menyinggung perasaan mereka. Hal ini merupakan kewajiban adat. Yaitu hukuman menurut norma-norma adat jika tidak
dilaksanakan.
3) Siri
sebagai daya pendorong yang bisa juga ditujukan kearah pembangkitan tenaga
untuk membanting tulang, bekerja mati-matian, demi suatu pekerjaan atau usaha
(basyah dan mustaring 1966, dalam mattulada, 1985:62).
Hamka
(1977) mengemukakan bahwa siri itu
menimbulkan tawadhu dan perangai terpuji yaitu mahmudah “perbuatan mulia” yang
terdiri atas :[8]
a) Sabar,
yaitu dapat mengendalikan diri ketika sedang marah.
b) Iffah,
artinya dapat menahan nafsu ketika hendak didorongkan.
c) Syajaah,
artinya berani karena benar dan yakin serta sanggup mempertahankan dimana saja.
d) Adil,
artinya pertengahan (sitaba-taba).
Kesimpulan menurut islam, sirik itu berkaitan erat dengan orang yang beriman dan berakhlak
tinggi (Hamka,1977).
Siri
itu adalah suasana hati dalam masyarakat yang merupakan sistem nilai sikap,
bertindak untuk memantapkan perasaan dan motivasi-motivasi dengan membentuk
keteraturan tindakan.
Pada
hakekatnya siri adalah merupakan falsafah hidup serta sikap mental yang
menjiwai segala lakon kehidupan (Moein. MG, 1997). Hal ini dapat di lihat dari
ungkapan puisi orang mandar “Siri Nala
Modala” (malu di jadikan modal).[9]
2. Pengertian Pacce
Secara
harfiah pacce berarti pedih, perih, belas kasih, perikemanusiaan, rasa turut
perhatian dan hasrat membantu.
Menurut
A. Zainal Abidin, pacce berfungsi
sebagai alat penggalang persatuan silidaritas, kebersamaan, kesetiaan, rasa
kemanusiaan, dan motivasi untuk berusaha sekalipun dalam keadaan yang sangat
pelik dan berbahaya.
Pacce
adalah suasana masyarakat dalam hati individu yang dianggap oleh masyarakat
sebagai rasa iba hati terhadap suasana masyarakatnya, sehingga cenderung untuk
mengabdi atas cinta kasih sesama manusia.
C. Budaya Siri na
Pacce pada Masyarakat Bugis-Makassar[10]
Konsep
budaya siri Bugis Makassar merupakan warisan budaya luhur yang terjelma dari
hasil pemikiran cendikiawan leluhur masyarakat Bugis Makassar yang menjadi
kekuatan dan motivasi moral didalam beraktivitas dan bertindak sehingga
nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga walaupun perkembangan zaman semakin
modern. Budaya Siri merupakan modal sosial masyarakat Bugis Makassar yang
terpatri dalam peradaban dan karakter yang membentuk tatanan kehidupan yang
berkepribadian.
Konsep budaya siri’ mengintegrasikan
secara organis semua unsur pokok dari pangaderreng
yakni Ade’, bicara, rapang, wari dan sara’. Dari hasil peneitian menunjukan
bahwa konsep budaya siri diinterpretasikan bermacam-macam sehingga dapat
dilihat dari berbagaii aspek kehidupan masyarakat dan kebudayaan Bugis
Makassar.
Budaya siri dalam penerapannya
sering di salah artikan bahkan diselewengkan kepada hal-hal yang negative.
Sering dalam wujudnya di masyarakat cenderung berkonotasi balas dendam, bunuh
diri, menggunakan badik atau menginginkan diri celaka. Hal ini sudah bukan lagi
siri yang sebenarnya. (Mattulada, 1994). Maka tidaklah mengherankan kalau orang
yang tidak memahami hakekat siri, maka cenderung melihatnya sebagai suatu hal
yang negative.
Pada prinsipnya siri adalah suatu
rasa luhur yang hanya bisa tumbuh dan berkembang di kalangan orang yang
mempunyai budi atau jiwa luhur pula. Siri merupakan suatu hal yang bersifat
abstrak dan melembaga di dalam masyarakat serta mencakup aspek dalam kehidupan
masyarakat Bugis-Makassar, ini masih merupakan suatu yang melekat pada martabat
kehadirannya sebagai panggilan yang mendalam dari pribadinya. Untuk
mempertahankan nilai suatu yang dihormati, dihargai dan dimiliki mempunyai
nilai esensial baik bagi dirinya maupun orang lain.
Konsep budaya siri adalah suatu
system nilai rasio cultural dan berkepribadian yang merupakan pranata
pertahanan harga diri dan martabat sebagai manusia individu maupun anggota
masyarakat. Siri merupakan jiwa kemanusiaan yang luhur untuk mendorong manusia
berbuat baik atau buruk. Untuk itu, maka orang tua Bugis-Makassar mewariskan
nilai-nilai hidup yang mempunyai peranan pembentukan pribadi-pribadi sebagai
berikut :
1. Jangan
engkau sampai di tinggalkan oleh
kejujuran
2. Jangan
engkau sampai di tinggalkan oleh
kecerdasan
3. Jangan
engkau sampai di tinggalkan oleh
ketegasan
4. Jangan
engkau berbuat buruk (tamak dan loba)
Menurut
leluhur Bugis Makassar bahwa dalam tubuh manusia ada 4 hal yang memberikan bentuk
tingkah laku manusia, yaitu ide, gagasan, siri, dan perbuatan baik. Selanjutnya
ada 4 hal yang dapat menghilangkan bentuk itu yaitu :
1. Ide
akan hilang apabila seseorang suka marah
2. Gagasan
akan hilang karena perbuatan sewenang-wenang
3. Siri
akan hilang apabila seseorang menjadi tamak
4. Yang
menjelek-jelekan sesama manusia meniadakan perbuatan yang baik (Moein. MG,
1997)
Siri
merupakan salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat Sulawesi Selatan yang
menurutnya bahwa hidup tanpa memiliki rasa malu (siri’) apalah artinya hidup.
Sebagaimana syair yang berbunyi “siri
emmi rionrowang ri ino, utettoriadae najagainnami siri’ta naiya sirie naranreng
nyawa nakira-kira” (hanya untuk siri kita hidup di dunia, harus setia pada
adat karena dijaganya siri jiwa imbalannya nyawa perkiraannya), (Abdullah,
1985).
Konsep
budaya siri adalah reaksi terhadap sesuatu yang baik secara internal maupun
eksternal. Reaksi yang bersifat internal atau dari pribadi itu sendiri
melahirkan siri-masiri, ini akan
mendorong orang untuk melakukan karya atau prestasi yang terbaik (the best). Ia
merasa malu bila tak dapat meakukan sesuatu yang dapat diancungkan orang lain
(dalam arti positif), Halide, 1988.
Menurut
Bahruddin Lopa, bahwa ada beberapa konsep budaya siri yang perlu di kembangkan
dan dipahami saat ini adalah :
1. Siri
(merasa malu) berpola hidup mewah, konsumtif dan cenderung berfoya-foya di
tengah lingkungan masyarakat yang pada umumnya masih serba kekurangan
2. Siri
(merasa malu karena kuatnya ketergantungan seseorang pada orang lain sehingga
ia kehilangan kemandirian, inisiatif, dan identitas)
3. Bersikap
konsisten untuk menjaga siri atau satu kata dan perbuatan (Lopa, 1988).
Aktualisasi
konsep budaya siri sebagai modal sosial dalam membangun bangsa di era reformasi
perlu diarahkan oleh kebijakan yang mendukung kondisi tersebut. Sebagaimana
mudah di pahami bahwa kualitas manusia Indonesia amatlah di pengaruhi oleh
suasana sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Dan juga menempatkan
nilai-nilai budaya Bugis-Makassar, utamanya siri itu pada proporsi yang
sebenarnya sesuai dengan kondisi di mana konsep budaya siri itu di terapkan.
Siri
sebagai suatu modal sosial masyarakat sangat terkait dengan pembangunan bangsa,
dimana pembangunan pada prinsipnya adalah upaya sadar masyarakat untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namunperlu ada kesadaran bersama bahwa
suatu kemustahilan pembangunan manusia dan pembangunan bangsa dapat dilakukan
sesuai dengan misinya secara efektif tanpa
melibatkan dimensi cultural, dalam hal ini modal sosial. Maka diperlukan
upaya bersama untuk merevitalisasi modal sosial yang memungkinkan lahirnya
budaya manusia unggul Indonesia.
Modal
sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah
kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas dan menghalangi upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah
satu bentuk pemanfaatan modal sosial yang paling banyak dibahas orang Indonesia
dengan berbagai topic sepertikearifan local (suku bangsa atau komunitas adat)
adalah fungsinya dalam berbagai masalah sosial dalam masyarakat, di antaranya
patologi sosial, disorganisasi sosial, konflik dan perilaku menyimpang.
Pada
era reformasi di mana Indonesia memperlihatkan begitu lemahnya modal sosial
yang mengakibatkan semakin lemahnya budaya unggul di masyarakat dan sebaliknya.
Akibatnya masyarakat hidup seperti dalamkesendirian, ketidakamanan, tipisnya
semangat kebersamaan dan terkungkung dalam lingkungan kelompok sosial yang
sempit dan sulit berubah. Ini telah memperlemah bangsa dan menghambat berbagai
upaya perubahan yang di tawarkan. Bangsa yang memiliki modal sosial yang rendah
akan selalu menjadi bangsa yang berbudaya inferior
dan kalah. Mereka tidak pernah diperhitungkan karena tidak akan sanggup
mengarungi persaingan dalam berbagai bentuk pergaulan dunia.
Membangun
modal sosial berarti melakukan revilitasi terhadap kehidupan bangsa itu
sendiri. Hambatan yang menuntut segeradicarikan solusinya, antara lain
renggangnya jaringan sosial antara suku akibat dari semangat Inward Looking yang sangat tinggi.
Apabila hambatan ini dapat diatasi, yang sebetulnya muncul dari gejala
keterisolasian budaya semata, dan pola baru hubungan sosial antara suku dapat
ditegakkan diatas prinsip yang kuat pada upaya pengembangan modal sosial,
niscaya bangsa ini akan memiliki keunggulan dan kekuatan yang menakjubkan.
Memang
pada prinsipnya ada tiga konsep dasar yang melekat dalam modal sosial yakni
kepercayaan, norma dan jaringan yang menjadi
kekuatan dalam membangun suatu komunitas masyarakat, utamanya dalam
upaya pencapaian tujuan bangsa yakni masyarakat yang sejahtera atau biasa disebut
masyarakat madani.
Modal
sosial adalah sumber daya yang dapat di pandang sebagai investasi. Untuk
menghasilakan sumber daya baru. Ia lebih menekankan pada potensi kelompok dan
pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok de3ngan
ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antara
sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
D. Strategi
Komunikasi dalam Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce dikalangan Remaja
1. Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan
srtategi komunikasi adalah sebagai sarana untuk:
a.
Memberitahu
b.
Memotivasi
c.
Mendidik
d.
Menyebarkan
informasi
e.
Mendukung
pembuatan keputusan
2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi[11]
Faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh dalam penyusunan strategi komunikasi
a. Mengenali Sasaran
Pada kegiatan ini, komunikator perlu
mengenali terlebih dahulu siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi
(disesuaikan dengan tujuan komunikasi). Dalam pengenalan sasaran,
komunikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan, antara lain: pengalaman, pendidikan, status sosial, pola hidup, ideologi, dan keinginan sasaran. 2. Situasi dan kondisi di sekeliling sasaran pada saat pesan akan disampaikan dapat mempengaruhi penerimaan pesan, misalnya suasana sedih, sakit, dan situasi lingkungan yang tidak mendukung.
komunikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan, antara lain: pengalaman, pendidikan, status sosial, pola hidup, ideologi, dan keinginan sasaran. 2. Situasi dan kondisi di sekeliling sasaran pada saat pesan akan disampaikan dapat mempengaruhi penerimaan pesan, misalnya suasana sedih, sakit, dan situasi lingkungan yang tidak mendukung.
b. Pemilihan Media
Pemilihan media sangat tergantung
pada tujuan yang akan dicapai, bentuk pesan yang akan disampaikan, dan teknik
komunikasi yang akan dipakai.
c. Pengkajian Tujuan Pesan
Agar dapat mengemas pesan secara
tepat, benar, dan menarik minat sasaran, perlu dilakukan pengkajian tujuan
pesan. Namun sebelumnya harus dipahami dulu: isi pesan apa yang cocok untuk
disampaikan. Satu pesan dapat menggunakan lebih dari satu teknik komunikasi,
atau menggunakan satu atau beberapa lambang (misalnya: bahasa, gambar, warna,
gerak tubuh, suara, dsb). bersedia
menindak-lanjuti isi pesan. Kredibilitas komunikator adalah kemampuan
komunikator dalam menumbuhkan kepercayaan komunikan terhadap pesan. Kepercayaan
ini timbul antara lain karena profesi, kedudukan, dan keahlian yang dimiliki
komunikator. Kriteria komunikator yang memiliki kredibilitas, antara lain: 1)
daya nalar tinggi; 2) bermoral baik;
dan 3) memiliki karakter yang baik
dan 3) memiliki karakter yang baik
3.
Strategi Komunikasi dalam
Mensosialisasikan Budaya Siri na Pacce Dikalangan Remaja
Praktik strategi komunikasi umumnya
terdiri dari tiga esensi utama, yaitu: strategi implementasi, strategi dukungan
dan strategi integrasi.
Dalam mensosialisasikan budaya siri
na pace dikalangan remaja, dapat dilakukan strategi komunikasi berdasarkan tiga
esensi utama di atas. Namun sebelum melakukan sosialisasi budaya siri na pacce
dikalangan remaja, perlu diperhatikan beberapa tahap dibawah ini:
a. Mengidentifikasi visi dan misi
b. Menentukan program dan kegiatan
c. Menentukan tujuan dan hasil
d. Seleksi audiens yang menjadi sasaran
e. Mengembangkan pesan
f. Identifikasi pembawa pesan (tampilan
komunikator)
g. Mekanisme komunikasi/media
h. Scan konteks dan persaingan
Dari tahapan strategi komunikasi di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi komunikasi dalam
mensosialisasikan budaya siri na pace dikalangan remaja dapat dilakukan dengan
cara:
1. Seminar/kampanye
Seminar atau kampanye tentang
nilai-nilai siri na pacce dikalangan remaja merupakan salah satu strategi yang
dapat dilakukan untuk mensosialisasikan budaya siri na pacce dikalangan remaja
agar mereka tidak menyalah artikan budaya siri na pacce.
2. Implementasi
Untuk mensosialisasikan budaya siri
na pace dapat dilakukan dengan cara implementasi budaya ini dilingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketika orang tua, pengajar dan masyarakat
mempraktikkan dan menanamkan budaya siri na pacce, maka secara otomatis remaja
akan menanamkan dan mempraktikka budaya siri na pacce di dalam kehidupan
kesehariannya.
3. Media
Mensosialisasikan budaya siri na
pacce dikalangan remaja dapat dilakukan dengan menggunakan media yang tengah
berkembang dan menjadi trend remaja dewasa ini. Untuk mensosialisasikan budaya
sri na pacce ini bisa disebarkan melalui berbagai media, baik media cetak,
elektronik maupun internet. Terlebih dewasa ini banyak remaja yang mampu
menjangkau berbagai akun di dunia maya (internet), baik melalui jejaring sosial
facebook, twitter dan lain sebainya. Bahkan handphone pun kini bisa dijadikan
media untuk mensosialisasikan budaya siri na pacce.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Strategi komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur
pelaksanaan proses komunikasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi, untuk mencapai suatu tujuan
2.
Siri adalah suasana hati dalam
masyarakat yang merupakan system nilai sikap, bertindak untuk memantapkan
perasaan dan motivasi-motivasi dengan membentuk keteraturan tindakan. Sedangkan
pacce adalah suasana masyarakat dalam hati individu yang
dianggap oleh masyarakat sebagai rasa iba hati terhadap suasana masyarakatnya,
sehingga cenderung untuk mengabdi atas cinta kasih sesama manusia.
3. Konsep
budaya siri na pacce Bugis Makassar merupakan warisan budaya luhur yang
terjelma dari hasil pemikiran cendikiawan leluhur masyarakat Bugis Makassar
yang menjadi kekuatan dan motivasi moral didalam beraktivitas dan bertindak
sehingga nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga walaupun perkembangan zaman
semakin modern. Budaya Siri na pacce merupakan modal sosial masyarakat Bugis
Makassar yang terpatri dalam peradaban dan karakter yang membentuk tatanan
kehidupan yang berkepribadian.
4. Strategi komunikasi dalam memsosialisasikan budaya
siri na apace dapat dilakukan dengan seminar/kampanye, implementasi dan melalui
media.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Akil, Anshar .Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Cet
I:Makassar;Alauddin University Press, 2011.
LPPB, Siri dan Pesse. Cet
I:Makassar;Pustaka Refleksi, 2003.
Mardiana, Rahasia Tuturan Pekerja Wisata Strategi
Komunikasi. Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Ramli, Muhammad. Kearifan Lokal dalam Implementasi Kebijakan
Publik Perspektif Lokal Wisdon Masyarakat Bugis .Cet I; Makassar: Alauddin
Press, 2011.
Wahid, Sugira. Manusia
Makassar .Cet 2:Makassar; Refleksi, 2008.
INTERNET
[2]Ibid
[3]Muhammad
Ramli, Kearifan Lokal dalam Implementasi Kebijakan Publik Perspektif Lokal
Wisdon Masyarakat Bugis (Cet I; Makassar: Alauddin Press, 2011), hal 48
[4]Siri dan Pacce.
Op.cit,
[5]Anshar
Akil, Teknologi Informasi dan
Komunikasi (Cet I:Makassar;Alauddin University Press, 2011), hal 61
[7]Sugira Wahid, Manusia Makassar (Cet 2:Makassar;
Refleksi, 2008), hal
[9]Muhammad
Ramli, op.cit, hal 48
[10]
Muhammad
Ramli, op.cit, hal 47-50
EmoticonEmoticon